Rabu, 15 Agustus 2018

Kita sama


Kita berkelakar dalam kelebat bayang yang tak tampak,


lalu terkecoh pada duka lara dan amarah yang rumit 

Sedang pikiran menghantui ruh-ruh dari bumi yang mati


Kita buka lembaran-lembaran kertas tahun lalu
Segala paradigma melelehkan helai-helai makna
Melupa mata air kearifan dan hakikat rasa
Kemana perginya angin ?

Lalu di tepi rasamu yang sunyi
Kita eja bait-bait puisi  yang memanusiakan manusia
merenungi baris-baris doa dengan energi tanpa batas
dan memimpikan oase di tengah panas membakar

Ketidakseimbangan itu berakhir bumerang
Karena jiwa-jiwa di rundung cemas yang usang
Atas cinta-cinta yang akan pergi menghilang

Bukankah kita bagian dari tanah gersang ?
Tetapi sesaat kemudian memusuhi maut yang siap menghadang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yatim UntukKu

  Awan berarak lekas Membuat hati terkuak tak berbekas Berdegup jantung bergelora Memaksa diri memanggil yg tak berupa Jika ku biarkan parau...