Rabu, 15 Agustus 2018

Aku, Ketika papa pergi


1
Aku ingin mengisahkan sebuah cerita, bagiku cerita itu sebuah palu yang hampir setiap hari memukuli pundakku bila kata “malas” mendekatiku. Dan kisah itu merupakan mimpi indahku saat kata “utuh” masih menyertai kami.
                “Papa Besok dioperasi”. Lirih bunda berkata dibalik airmata yang kelihatannya segan untuk tumpah.
                “Mang gak ada alternatif lain, nda?”. Sahut kakak pula dengan nada tak rela, karena memang fisik papa yang begitu lemahnya. Kenapa tidak, setelah kecelakaan itu, kaki papa yang luka itupun infeksi, belum lagi papa merasakan nyeri dibagian perut.

Cerita Rapuh

Wednesday, June 15, 2016


Hendak bercerita seperti apa pula aku hari ini
Kadang bibir kelu berujar yang tak jelas
Dan seakan desir gemesir yang dilalui adalah mimpi
Padahal alam nyatalah yang merangkulku dengan serta merta
Seperti apa cerita harus dimulai
Yang tak ada goresan pedih yang menyayat lalu membuat terdiam
Seperti apapun bentuk pencitraan
Bila kabut di depan mata terlihat jelas berlutut
Memudarkan indra lihat dengan teramat rapat
Entah itu bentuk siasat ataupun skenario sesaat
Kadang pemikiran lama membayangi dengan jutaan pernyataan dan pertanyaan
Jika masa yang terlewati sekian lama tak bermakna,

Rasa Yang Tak Bermakna


Tuesday, June 21, 2016

Pagi cerita,
Aku kini masih dengan buku sebelumnya, yang tak bisa memaparkan kenapa gundah menemani
Entah apa yang terjadi dan akan ku lalui
Hati ini tak karuan
Dan terkadang prasangka pun menjadi teman
Dan lengang pun aku sungkan
Tuhan, ini cerita seperti apa pula, debar berdebar tak tau arah
Sujudku merendah padaMu pencipta
Mengenai rasa yang tak tau arah, gundah yang tak beralasan.
Entah karena masalah rasa yang sudah mencoba membalikkan hati
Walau hanya sementara dan menghasilkan luka yang teramat perih

Cerita Dimalam Suram

Assalamualaikum kelam

Aku ingin beranjak suram
Menatap bengis mengiringi masam
Yang tercantum dari mimik-mimik ketakutan
Angin Malam

Tuhan

Monday, November 30, 2015


Tuhan
Beling-beling kaca itu menodaiku
Gemerisik pantai menyiksaku
Deburan ombak menghardikku
Ramean suara pasar membunuhku
Tuhan

Risih

Thursday, August 20, 2015

Nyanyian malam kadang memanggilku kembali
Menyusup diantara pemikiran yang terasa tak berujung
Entah apa yang terbuat dari kalimat salah
Hingga terpuruk rapuh aku dalam tahajud

Tuhan
Hinaku terasa bila tak mampu ucapkan ampun
Kotor meliputi kala ku jamah sajadah memohon engkau terima bersalahku
Rapat-rapatku tela'ah bacaan firmanMu

Tak sanggup ku mengeluarkan suara ketika rinduku akan kepulihan rasa
Bersenandung indah diantara bacaan al quran

Who am I ?

Friday, August 21, 2015


Awan yang berarak mulai menampakkan ketidaksabahatannya
Yang sentiasa menggelinding hari dari terang menjadi gelap meski tak gulita
Diantara awan yang mulai redup
Seling selir hatiku bertanya
Siapa aku?

Rona bersih yang bergelar banyak
Yang disegani sejumlah makhluk karena kebutuhannya
Rona tegap yang berjalan dengan wibawa
Yang di takuti setiap yang menyapa
Wajah  yang selalu dibutuhkan suaranya
Yang selalu diinginkan kehadirannya karena sebuah tuntutan
Yang selalu diharapkan kesediaannya karena sebuah keterpaksaan
Atau
Yang selalu didahulukan perkataannya karena sebuah jabatan?
Siapa?
Kepada siapapun aku bertanya
Jawabannya hanyalah perihal kebutuhan
Dan pada siapapun aku bercerita
Balasan mereka hanyalah menyertakan segan
Lalu siapa?
Siapa aku?
Hanya aku, dan pencipta yang tau
Dan aku, aku sama denganmu yang hanya punya satu Tuhan

Dan sejuta harapan J

Luka Lintas Lalu

Friday, October 3, 2014


Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku
Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuanDalam derap gerimis yang pongah menghujam
Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi
Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani
Di atas pengharapan tak berkesudahan
Tentang rindu kusam
Tentang cinta terbuang

Senda Waktu Dalam Harap

Friday, October 10, 2014



Di kala sel syarafku bernuansa tentang dia

Keabadian Cinta

Tuesday, October 14, 2014

Aku masih disini,
diantara derai hujan
masih ku tatap potretmu
mengenang semua tentangmu
tentang kisah yang bertaut pilu

Cerita Sudu Untukmu

Thursday, October 23, 2014


Qrin, aku ingin sedikit cerita tentang masa lampau. Masa-masa yang kita lalui bersama, suka duka, cenda bahagia. Semua lengkaplah sudah.
Mataku terbuka, sahabat
Seperti kau membukakan tangan untukku bersemayam dengan sakitku dipelukkanmu
Kau hadir dengan serta merta bersama percikan sedih disudut matamu
Ketika sakitku mendekat dan mendekap dengan begitu erat
Tanpa sungkan kau memelukku yang gemetar karena aliran darah yang tak begitu optimal
Kau juga ada saat pekikkanku membuncahkan ruangan
Menggemakan sakit malam itu

Kau juga didekatku saat hujan mencekam
Dan raungku tertahan
Kendatipun aku hanya rindu papa
Kau juga ada saat aku riang
Menceritakan serupa cerita cinta yang ku jalani
Kau juga setia menungguku kendatipun lapar memayungi saat kita berstatus mahasiswa baru waktu itu
Kau juga yang menyelimutiku saat dingin merapat
Dan kepalaku serasa tak bersahabat
Aq rindu qm Qrin
Kau ku panggil dengan nama yang lain dari mereka
Karena hanya dengan seperti itu ku bisa memberikan penghargaan untukmu
Ku rindu kau teman
Kini masa berganti sudah
Kau jauh
Aku tak bisa lagi mendengar cerita sedih yang mengundang tawa darimu
Aku juga tak bisa lagi mendengar gurauan yang menyisakan sudut mata berair denganmu
Qrin, aku rindu kamu temand :’(

Cerita Ku, Untukmu

Tuesday, September 2, 2014

Teman, luka itu tak selamanya pedih. dan ketahui jugalah, tidak selamanya rapuh itu akan menetap

November kelabu


Sabtu

waktu berlalu dengan indahnya.
Kadang detik seperti menelanjangiku dengan ketukan pula
Aku hanya ingin cerita kembali
Tentang luka dan tragedi dulu
Saat kau masih ada disini
Dulu, lukaku bagimu pilu

Getar Rindu Di Ujung Kalbu


Ingin ku gali gundukan itu
Dan mencabut papan nama setiap dukaku
Biarlah nafasku memeluk tentangmu
Puisi-puisi gelap menimangku

Kita sama


Kita berkelakar dalam kelebat bayang yang tak tampak,


lalu terkecoh pada duka lara dan amarah yang rumit 

Sedang pikiran menghantui ruh-ruh dari bumi yang mati

Ditinggal Kekasih


      Kini kuhanya bisa membayangkan,

          membaca aksara yang kau rangkai penuh makna
tanpa sanggup ku menyapa
dan hanya bisa mengenangmu dalam duka



Kini kau telah pergi
tanpa kau peduli tentang perasaanku
kau pergi dengan keangkuhanmu
kau tinggalkan kenangan yang hayakan rapuh ditelan waktu,
dan sisa sisa usiaku

Haruskah air mata ini mengalir setiap waktu?
haruskah kuhentikan
detak jantung dan nadiku untuk merindukanmu?
dan haruskah nyawa ini terpisah dari ragaku karena cintamu?
mungkinkah ini semua telah menjadi suratan takdirku

LUKA HATI


Aku duduk terdiam di tengah kesunyian
menatap langit yang enggan berbicara
entah mengapa ia diam membisu seribu bahasa
apakah ia juga tau akan kesedihanku ?

SENJA


Kepada senja aku mengadu
Menangisi kepergianmu dari hidupku…
mengapa bahagia itu hanya sesaat saja..
Laksana hujan yang terus mencumbui bumi…
Laksana gerimis yang selalu mendekap pagi..
Aku disini terpaku dalam diam..

DI UJUNG KATA-KATA


Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku
Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan

CINTA



Cinta..
Kau hadir dengan sejuta harapan..
Segenggam impian dan angan,
Janjikan tawa canda penuh bahagia..
Tapi mengapa harus luka yang kudapat??
Kepedihan hati yang tak terobati,
disaat hati ini telah kuyakini..

Surat kecil untuk papa


Pa, entah mengapa aku menuliskan ini. Aku tahu papa mungkin tak akan pernah membacanya. Kalaupun papa membacanya, aku tak yakin papa akan bisa memahaminya. Entahlah, aku ingin saja. Ada desakan dari dalam. Keinginan, itu saja. Bukankah sesuatu kita lakukan tak perlu selalu ada penjelasannya. Iya kan pa?

Pa, saat ini aku terpuruk. Aku merasa bersalah sekali, berdosa. Merasa bukanlah apa-apa, atau siapa-siapa. Aku remuk pa. Dan entahlah,

Surat Untuk Papa Disana


Surat ini untuk papa, yang kini tengah senyum melihatku disana. Surat yang ku ukir dari hati, agar papa membaca. Surat yang kutulis di sini, hingga mereka tahu seperti apa rasa rindu ku pada papa. Surat ini ku tujukan hanya untuk papa...

Ku ingat papa...

Cerita CInta di 20C (Wahyuni Yahyan, S.Kom., cM.Kom)


Cerita sahabat ataupun kisah cintanya sangat unik. Cinta bagi 20 c memang g ada nyatanya. Hanya faktamorgana #curcol bro..
            Teman yang satu ini biasa ku panggil nyunyun, dan belakangan ini dia sering mengganti panggilannya menjadi Barbie, entah mengapa n kenapa I don’t know n I don’t care haha….

Sahabat Dan Cinta


Berbagi cerita itu indah. Dan kali ini masih seputar kisahku. Hanya beberapa orang yang mengetahuinya. Dalam kisah sebelumnya aku pernah memaparkan nama yang sama. Ada Ronald, Ipank dan Didi. 3 sahabat yang selalu menemani hariku.
Dari dulu,  aku selalu menomor satukan sahabat, dan

G E L O R A



Kekacauanku bukannya tak berasal
Kegundahan yang serta merta bukannya tak berawal
Andai gemuruh ini adalah sebuah panggilan
Maka akan ku terjalkan kata-kata dilemma dalam sebuah sahutan
Andai kecemasan ini adalah isi tangan

Maka akan ku paparkan padanya sebuah kata kelam
Ini sebuah jalan!
Kata ibu menenangkan kekacauan
Ini sketsa tanggung jawab!
Cermin ibu dalam malam tak berbintang
Ini kehidupan baruku
Tekadku menggema menggelegar
Untuk aura yang akan menggelora
Untuk jiwa yang tak tau kemana arah
Ku yakin inilah yang terbaik!

Andri Andriyen VS Chen yen Endriyen

Buat embun yang mampu membasuh luka

Yang membiarkan setiap tangis terhenti dalam seketika
Buat terpaan sinar yang memancar disertai rintikan hujan pula
Redup..
Seredup coretan di kanvas yang diterjemahkan kakak saat gemilang mendekatiku

Cinta seutas Rindu


Papa, bagai lentera yg mampu terangi dan semangatkan jiwaku
disaat hati gundah dan takut biasanya kau hadiahiku dengan petuah dan kau belai rambutku sembari berucap“jangan takut, jagoan tak boleh takut!”

Cerita Bintang Untuk Dia

Hai,

seperti apakah rasamu saat ini
saat tulisan ini ku tulis
masih saja kau tanyakan tentang kelam

Hai,

Di Sebalik Kata


Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku
Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan


Dalam derap gerimis yang pongah menghujam
Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi
Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani
Di atas pengharapan tak berkesudahan

Cerita Malam

Cinta..

Kau hadir dengan sejuta harapan..
Segenggam impian dan angan,
Janjikan tawa canda penuh bahagia..
Tapi mengapa harus luka yang kudapat?
Kepedihan hati yang tak terobati,
disaat hati ini telah kuyakini..

Diantara bintang aku bertanya..
berbiaskan cahaya rembulan..

Perisai Rindu


Detik detik berlalu mencoba mengusir wajahnya dalam benakku
tapi dorongan dari hati tak mampu kuabaikan
berkali-kali kucoba menyibukkan diri
wajahnya menari-nari di alam hayalku
Merindu..

Cerita

Seperti sebuah nama

Di Ujung Sunyi Bersama Rindu


Menebar malam harumkan badan,
Menuai sayang rindu semalam,
Tak kunjung tiba haluan semalam,
Rinduku kelam kasih tak datang.

Rinduku pulang tak jua bertandang,
Akhirnya ku pulang setengah kehujanan,
Malang jua kasih tak datang.

Kini ku katakan pada rumput kehujanan,

Cerita Dibait Rindu


Tatap lembut dalam bingkai
Mengantar angan ke masa lalu
Kegalauan…
Serpihan luka memeluk kalbu

Melintas bayang
Saat itu…
Kau terbaring lemah
Sabar menghadap lara
Dengan nafas yang tersisa

Derai Dalam Duka


Engkaulah angan yang menghancurkan
Dari kebesaran cinta untuk hati yang tulus
Engkaulah terang yang menyesatkan
Dari cahaya cinta yang indah terangnya
Engkaulah kasih yang menjerumuskan
Dari segala indah yang dimilikinya
Engkaulah obat yang menjadi racun
Dari segala rasa yang tumbuh didalamnya

Selasa, 14 Agustus 2018

Cerita di Malam Ramadhan

Ketika semua gelap

Segala upaya telah dilakukan
Otak lelah dipera habis-habisan
Kerja keras hingga kaki terasa jadi tangan
Dan tangan terasa jadi kaki
Tapi hasil tak kunjung beremi
Secerca harapan tak jungan mengunjungi
Semua terasa sia-sia
Dan kehancuran terasa di depan mata

Disitulah iman kita dicoba
Tidak akan berputus asa
Atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa
Kecuali orang-orang yang imannya sirna
Teguh berharap Rahmat Allah Yang Esa
Bagi orang yang imannya tertancap kuat di dada

Cerita Hati


Mesin waktu bergulir tiada henti
bayangan masa lalu kembali hadir menyapaku
membuatku tak bisa melihat dunia luas
bagaikan mata ini tertutup selendang hitam
Masa lalu itu seperti bulan diatas kuburan
karena engkau telah berhasil melukai hatiku
lalu kau sembunyikan pisau itu
seolah kau hilangkan rasa bersalah

Kemana aku akan melangkah
aku pun dianggap darah yang beracun

Senin, 13 Agustus 2018

Rindu diantara derai hujan


Masih segar goresan luka kepergianmu
Masih membayang kenangan indah masalalumu
Kini semua benar-benar telah berlalu
Sedih ini bercampur pilu
Tangis ini bercampur rindu

Rindu diantara derai hujan


Masih segar goresan luka kepergianmu

Masih membayang kenangan indah masalalumu
Kini semua benar-benar telah berlalu
Sedih ini bercampur pilu
Tangis ini bercampur rindu
Sesungguhnya aku …….
masih butuh kasih sayangmu
masih ingin dipelukanmu
namun apalah daya
kini ku hanya bisa memandang nisanmu
mengenang jasa dan kebaikanmu
menuruti semua nasihatmu

Puisi Untukmu Ayah


Dia pernah terjatuh, merangkak rangkak,
berlari kesana kemari….
Demi kami anak anaknya…..

Sepayung Kata Untuk Rina


Seperti cengkraman yang melekat dan merapat
Lalu mengaum diantara gema yang tiada terkira pula
Bagai Kemelut yang memecahkan awan
yang beriring maju bergerak menatap kemuka
dalam hati teriringkan salam
beserta ucapan yang tidak pernah lupa
dicampur rasa yang memahat di ujung rasa

Teka-Teki Baru Di Antara Rasa


Benarkah ini?
Rasa yang ada dalam hatiku
Tersembunyi dibalik kebencian
Tumbuh menjadi Bunga yang wangi
Pertama kali ku lihat seseorang yang mampu membuatku tersenyum tiba-tiba
Membuat jantung ini berdetak

Rindu Menyeruai Waktu


Melewatkanmu di lembar hari
berhenti pada sebuah senyuman yang pernah kau lukiskan
di sudut hati yang sunyi ku merindukannya lagi
senja yang selalu di temani jingga, kini tak ku lihat jua
hanya langit kelabu berhampar rindu
ingin ku terbang mencarimu, namun sayapku patah dan lelah karenamu

Rindu Di Sela Bayang


Tak terasa telah begitu lama engkau pergi
Tapi seperti masih tadi pagi engkau usap rambut ku
Saat aku jadi jagoan andalanmu
Kini tinggallah kenangan yang tersisa
Papa andai engkau bisa dengar suara ku
Di sini aku masih mengiginkan mu
Rindu saat kau peluk aku

Senandung Ketakutan


Langkah kakiku terhenti disudut rapuh
Memilih lebih kesunyian yang senduh
Kuhitung usia yang semakin memburu
Menyudutkan waktuku yang kian melaju
Awan jingga menggambarkan senja
Gelap malam mengukir rentahku

Seuntai Maaf Dalam Sajak


Tetes air mata mengiringi duka.
Rasa penyesalan membelenggu pikiran.
kerinduan menjerit di hati memanggil nama.
Oby, MAAF KAN AKU!
Yang tak pernah mengerti hadir mu.
Aku merindukanmu.
Sosok yang tegar bagaikan karang.
Petunjuk hidup bagaikan imam.
Sosok lembut yang bisa membuat ku tenang.
sekarang,, hanya do’a yang bisa ku pahatkan

Perisai dalam keseharianmu


Kau membisu tak berkata
detak jantungku berhenti sesaat
menanti seuntai kata yg terucap
diammu hanya membawa petaka
malu aku pada mentari

Luka


Indah betapa
Syahdu terasa yg berlalu
Pilu menyisa mengalunkan tangis
Kini sendiri di puing-puing kehancuran
Lagu berubah menjadi sedih
Melayu mendayu kembali merayu
Semenjak kehilangan paru
Dimana perhatian itu kini?
Bayang-bayang tinggal menghiasi
Hilang sudah pelangi panjang membentang

TENTANG AKU & KAMU, KAWAN



Kawan,

Lukisan Rindu



Aku ingin pulang kepada hati yang kucintai
tapi aku harus menunggu
di setiap heningku tak pernah lelah kau menemaniku
walau hanya bayang-bayang senyummu yang bila ku sentuh senyum itu pergi
di setiap matahari pergi 
selalu saja terlihat saat kau berpaling dan berjalan meninggalkanku
karena ku pikir tak mungkin hanya sebatas ini cintaku

Puisi Untuk Ibu


Aku berangkat sekarang untuk membantai lawan
Untuk Berjuang dalam pertempuran
Aku berangkat, Bu, dengarlah aku pergi
Doakanlah agar aku berhasil.

Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.
Merebut kemenangan di mana pun adanya.
Aku akan pergi, Bu, janganlah menangis

Cerita pagi Saat rindu papa



Papa, bagai lentera yg mampu terangi dan semangatkan jiwaku
disaat hati gundah dan takut biasanya kau hadiahiku dengan petuah dan kau belai rambutku sembari berucap“jangan takut, jagoan tak boleh takut!”

Tak terhitung berapa banyak cinta yg kau berikan untukku,
tak terhitung berapa banyak cerita yang kau tuahkan kala bosanku
sungguh kasihmu telah membuaiku…

Tenggelam dalam kelam


kelopak mata ini terbuka…
awalnya aku menangis
manusia di ujung mata mulai tersenyum tipis
manusia pertama yg kulihat
kata mereka aku boleh memanggilnya Papa
ia menimang dengan irama senandung malam
begitu seterusnya…
hingga aku tenggelam dalam hitamaku hidup dalam tidurku
sepasang mata terus perhatikan raga mungil ini
perlahan wujud itu mengais pipi ini dengan lembut
lalu wujud itu berkata
“ia malaikatmu, dan ini adalah mimpimu”

Kenangan alunan masa


Setiap Kisah Perjalanan
kan Tergores Satu Kenangan
mengungkap kenanganan
bagai mengungkap tirai-tirai tipis yang mengikat waktu dan jarak
Dikala hati dilanda sepi
simpul kenangan pahit kan terasa

Bayangan Impian

 

Kala Bicara mulai terjegal

Kala Menghimbau parau menyusut
Takut berona menatap bayangan
Yang tertata gelap di ujung mata
Ingin berteriak pita suara segan
Ingin mengaduh hati terdalam berpesan jangan

alone by me

Laut sepi tanpa ombak
Bunga layu tanpa air
Sang surya tak berkutik tanpa sinarnya
Bak hati ini
Selalu sepi tanpa hadirmu


Sebait untuk Panoramaku Dulu

Terang indah merah sang sinar senja,
yang membawa permulaan kitaran malam,



Sepertiga malam terakhir

Cerita baru dalam hidup yang membuatku mati kutu. Apakah waktu yang ku jelajahi benar-benar mati ataukah hanya sebuah sandaran baru dari imajinasiku tentang apa yang ku alami.
            “Dek, ada tellpon!”. Sahut bunda memecahkan keheninganku di malam senyap. Tanpa pikir panjang, kaki ku ayunkan menuju lantai bawah, ruang keluarga yang mengisyaratkan sejuta warna untukku dan semua.
            “Siapa, bunda?”. Sapaku rapat sebelum gagang telepon itu pindah ke tanganku.
            “Cahaya”.

Cerita Ibu untuk aku

Anakku..
Adalah kebahagiaan terbesarku jika melihatmu tumbuh dan menjadi dewasa.
Adalah obat sakitku jika melihat engkau tersenyum dan bergembira.
Jika engkau besar nanti, ingatlah selalu akan ucapanku ini, ucapan dari ibumu , yang tdk pernah berhenti mencintaimu.

Kakakku, Pahlawanku

Buat embun yang mampu membasuh luka
Yang membiarkan setiap tangis terhenti dalam seketika
Buat terpaan sinar yang memancar disertai rintikan hujan pula
Redup..
Seredup coretan di kanvas yang diterjemahkan kakak saat gemilang mendekatiku
Dek,

Cerita saat hujan tiba

Hujan kian merapat
Hingga meninggalkan denyut diantara remang dan pori
Dingin
Hanya dingin yang menemani

Yatim UntukKu

  Awan berarak lekas Membuat hati terkuak tak berbekas Berdegup jantung bergelora Memaksa diri memanggil yg tak berupa Jika ku biarkan parau...